Kisah Sang Pemimpin Perkumpulan (Kisah Relief Jatakamala 4)

Kisah Sang Pemimpin Perkumpulan
(Kisah Relief Jatakamala 4)

Ringkasan:

Bodhisattva terlahir sebagai seorang pemimpin perkumpulan yang kaya raya. Di suatu kesempatan makan malam bersama istrinya di rumah, seorang pertapa suci mendekat ke rumahnya untuk menerima persembahan makanan. Bodhisattva kemudian bermaksud untuk memberikan makanan kepada sang pertapa. Namun Mara, sang penggoda, mengetahui hal ini dan berencana jahat. Melalui kekuatannya, ia memunculkan ilusi neraka yang tampak memilukan dan mengerikan. Namun Bodhisattva tidak gentar, ia tetap melangkah meskipun berisiko terjatuh ke dalam neraka. Ketika melangkah melewati neraka itu, tiba-tiba bunga teratai muncul dan menopang langkah sang Bodhisattva agar tidak terjatuh. Singkat cerita, Bodhisattva berhasil mempersembahkan makanan kepada sang pertapa suci. Mara pun gagal dan langsung menghilang.


4.1. Bodhisattva sedang bersama dengan istrinya

Pada suatu ketika Bodhisattva terlahir sebagai seorang pemimpin perkumpulan. Atas timbunan jasa kebajikan yang telah ia kumpulkan pada kelahiran-kelahiran sebelumnya, pada kehidupan ini ia memiliki kekayaan yang berlimpah dan kekuasaan yang luas. Ia pun memiliki sifat yang jujur dan adil sehingga sangat dihormati oleh orang lain.

Suatu hari, ketika Bodhisattva dan istrinya sedang makan malam di rumahnya. Ketika mereka sedang bersantap malam dengan masakan yang istimewa, munculah seorang pertapa yang mendekati rumahnya. Pertapa ini sesungguhnya adalah seorang Pratyekabuddha yang telah membakar habis seluruh nafsunya, dan kini dia datang untuk membantu meningkatkan jasa kebajikan Bodhisattva.

4.2. Bodhisattva dan istrinya mengantarkan makanan untuk pertapa suci

Bodhisattva, menyadari bahwa ada seorang pertapa datang untuk menerima pemberian makanan, berkata kepada istrinya, ““Sayangku, pergilah dan berikan makanan yang banyak kepada orang suci itu.” Sang istri mematuhi perintah dari suaminya itu, kemudian membawa makanan ke arah pintu rumahnya.

Tapi Mara, sang penggoda, tidak ingin Bodhisattva melakukan jasa kebajikan. Oleh karena itu ia berusaha menghalangi perbuatan baik Bodhisattva beserta istrinya dengan menggunakan ilusinya, memunculkan neraka yang amat dalam dengan pemandangan menakutkan dan suara teriakan yang memilukan. Api-apinya membara, membakar makhluk-makhluk yang berada di dalamnya secara mengerikan.

Melihat ini, sang istri merasa ketakutan dan kembali kepada suaminya.

Bodhisattva mengetahui bahwa ini adalah upaya jahat dari sang Mara untuk menggagalkan perbuatan bajiknya. Namun akal licik Mara tidak berhenti sampai di sana, ia kemudian berpura-pura baik dan mengatakan kepada Bodhisattva bahwa berdana kepada pertapa itu adalah perbuatan yang salah yang dapat mengantarkannya ke dalam neraka, oleh sebab itu ia harus segera menghentikan perbuatannya untuk memberikan persembahan kepada pertapa suci itu.

4.3. Neraka di hadapan Pratyekabuddha

Namun Bodhisattva tidak terperdaya oleh tipuan sang penggoda. Bodhisattva justru menjawab:

“Atas kemauanku sendiri, aku lebih memilih untuk jatuh ke dalam neraka yang berkobar ganas ini dengan cepat, sebagai mangsa api yang akan menjilatiku; daripada merasa bersalah karena mengabaikan mereka yang menunjukkan rasa percaya mereka dengan meminta dariku.”

Dan Bodhisattva, sambil membawa persembahan makanan itu, tetap melangkah menuju ke pintu rumahnya. Ia melangkah melewati neraka itu, dan tiba-tiba munculah bunga teratai yang menopang Bodhisattva berjalan agar tidak terjatuh ke dalam neraka.

4.4. Sang pertapa suci terbang ke angkasa

Akhirnya Bodhisattva pun tiba di pintu rumahnya, dan di sana ia memberikan persembahan makanan itu kepada sang pertapa. Mengetahui kebajikan ini, pertapa suci yang adalah seorang Pratyekabuddha itu kemudian melayang ke udara, menunjukkan keagungannya yang luar biasa. Sedangkan Mara, mengetahui rencananya telah gagal, langsung menghilang dan meninggalkan mereka.

Bodhisattva berhasil melakukan perbuatan baik yang bernilai luar biasa.

Atas kemauanku sendiri, aku lebih memilih untuk jatuh ke dalam neraka yang berkobar ganas ini dengan cepat, sebagai mangsa api yang akan menjilatiku; daripada merasa bersalah karena mengabaikan para pengemis yang menunjukkan rasa percaya mereka dengan meminta dariku.”

Berdasarkan kitab “Jatakamala” karya Acarya Aryasura
Disusun oleh Garvin Goei
Foto relief oleh Bhikkhu Anandajoti

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *