Kisah Semangkuk Kecil Bubur (Kisah Relief Jatakamala 3)

Ringkasan:

Raja Kosala, yang tekun dalam praktik spiritual, dapat mengingat kembali kelahiran lampaunya sebagai seorang pelayan. Pada suatu ketika, saat sang pelayan melihat empat orang pertapa sedang berkeliling mencari makan, ia mengundang para pertapa itu untuk masuk ke dalam rumahnya. Di sana ia menjamu mereka dengan semangkuk kecil bubur. Atas perbuatan bajik itu, ia terlahir kembali sebagai seorang raja. Setelah itu sang ratu, yang juga dapat mengingat kelahiran lampaunya, menceritakan bahwa ia juga pernah terlahir sebagai seorang budak dan menjamu seorang pertapa suci dengan makanan sisa. Meskipun pemberiannya sederhana, namun itu diberikan dengan hati yang tulus. Akibatnya, pada kehidupan ini ia terlahir sebagai seorang ratu.


3.1. Pelayan mengundang empat pertapa untuk masuk ke dalam rumah

Pada suatu ketika, hiduplah seorang pelayan miskin yang harus bekerja keras agar dapat menghidup diri dan keluarganya. Pada suatu hari, ia melihat empat orang pertapa yang terlihat tenang dan anggun. Ia kemudian mengundang keempat pertapa itu untuk mampir ke rumahnya dan menjamu mereka dengan semangkuk kecil bubur.

3.2. Seorang budak perempuan memberikan makanan sisa kepada pertapa suci

Sedangkan di tempat lain, hiduplah seorang budak perempuan. Saat itu ia melihat seorang pertapa suci. Hatinya tergugah oleh ketenangan pertapa itu, sehingga ia mempersembahkan makanan yang tersisa kepada sang pertapa. Meskipun pemberiannya sederhana, tetapi pemberian itu ternyata menjadi sebuah jasa kebajikan yang besar.

3.3 Sang raja menceritakan kisah kelahiran lampaunya kepada sang ratu

Di waktu yang lain, hiduplah seorang raja di negeri Kosala yang makmur. Raja ini terkenal tekun mempraktikkan Dharma. Pada suatu ketika, ia mampu mengingat kembali kelahiran lampaunya. Dan atas permintaan istrinya di depan para petugas kerajaannya, sang raja menceritakan kembali kelahiran lampaunya.

Ternyata sang raja adalah kelahiran kembali dari pelayan yang pernah memberikan semangkuk kecil bubur kepada para pertapa. Cerita ini membuat sang ratu bergembira.

Selain sang raja, sang ratu juga ternyata dapat mengingat kembali kelahiran lampaunya. Kini raja juga meminta ratu untuk menceritakan apa yang terjadi di kehidupan sebelumnya, sehingga ia bisa terlahir kembali dalam kehidupan yang baik.

Sang ratu ternyata adalah budak perempuan yang pernah memberikan sisa-sisa makanan kepada seorang pertapa suci. Pemberian kecil itu ternyata tidak memberikan hasil yang remeh. Kini ia terlahir sebagai seorang ratu yang berparas cantik dan berstatus tinggi.

3.4. Raja memberikan khotbah Dharma

Sang raja, setelah mengingat kembali kelahiran lampaunya dan mengetahui kelahiran lampau istrinya, menyadari bahwa berdana dapat memberikan jasa kebajikan yang sangat besar. Ia kemudian berkata kepada para petugas yang sedang hadir:

“Bagaimana mungkin seseorang tidak mengabdikan dirinya untuk melakukan perbuatan baik dengan mempraktikkan dana dan sīla, setelah melihat hasil yang besar dan indah dari perbuatan baik yang kecil sekalipun?

Sesungguhnya berdana adalah harta karun yang besar, harta yang selalu bersama kita dan tidak dapat direbut oleh para pencuri dan lainnya. Berdana membersihkan pikiran dari kotoran keegoisan dan kemelekatan; ini adalah wahana yang mudah untuk menghilangkan penderitaan dalam perjalanan melalui Saṁsāra; ia adalah teman terbaik dan tetap kita, yang berusaha untuk mendapatkan kesenangan dan kenyamanan yang berlipat ganda bagi kita.”

3.5. Para petugas kerajaan bersuka cita setelah mendengarkan khotbah tersebut

Setelah mendengarkan buah yang besar dari berdana dan khotbah dari sang raja, para petugas kerajaan merasa bersuka cita. Mereka kemudian bertekad untuk tekun mempraktikkan kemurahan dengan sungguh-sungguh.

Maka pemberian apa pun yang dihasilkan dari keyakinan di dalam hati, dan diberikan kepada penerima yang layak, memberikan hasil yang luar biasa.

Lihatlah buah kemakmuran yang melimpah, yang dihasilkan oleh sebagian kecil bubur tanpa garam, kering, kasar, dan berwarna coklat kemerahan.

Bagaimana mungkin seseorang tidak mengabdikan dirinya untuk melakukan perbuatan baik dengan mempraktikkan dana dan sīla, setelah melihat hasil yang besar dan indah dari perbuatan baik yang kecil sekalipun?

Sesungguhnya berdana adalah harta karun yang besar, harta yang selalu bersama kita dan tidak dapat direbut oleh para pencuri dan lainnya.

Berdasarkan kitab “Jatakamala” karya Acarya Aryasura
Disusun oleh Garvin Goei
Foto relief oleh Bhikkhu Anandajoti

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *